Tata Cara Shalat Witir Dan Bacaannya
- Berniat untuk melaksanakan Shalat Witir setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati.
- Niat Shalat Witir 1 rakaat: Ushalli sunnatal witri rak’atan lillahi Ta’aalaa’. Artinya : ‘aku niat shalat sunnah witir satu rakaat karena Allah Ta’aalaa’
- Niat Shalat Witir 2 rakaat: ‘Ushalli sunnatal witri rak’ataini lillahi Ta’aalaa’. Artinya : ‘Aku niat shalat sunnah witir dua rakaat karena Allah Ta’aalaa’
- Dibaca dalam Shalat Witir pada rakaat pertama dengan “Surah Al A'La,” pada rakaat kedua dengan “Surah Al Kafirun,” dan pada rakaat ketiga dengan “Surah Al Ikhlas,
- Berdasarkan hadist Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan, “Nabi dalam shalat Witir membaca: Sabbihisma rabbikal A’la, Qul ya Ayyuhal Kafirun dan Qul Huwallahu Ahad pada masing-masing raka’at.” (HR. At Tirmidzi no 462, An Nasa’i no. 1702, Ibnu Majah no 1172)
- Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu.
- Menutup Shalat Witir dengan berdoa. berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada ALLAH SWT.
Tata Cara Shalat Dhuha Dan Bacaannya
- Berniat untuk melaksanakan shalat Dhuha setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati.
- Niat shalat dhuha: Usholli sunnatadh-dhuha rok’ataini lillahi ta’alaa
- Membaca surah al fatihah
- Membaca surah asy-syams (QS:91) pada rakaat pertama, atau cukup dengan membaca surah al kafirun (QS:109) jika tidak hafal surah asy-syams itu.
- Membaca surah adh-dhuha (QS:93) pada rakaat kedua, atau cukup dengan membaca surah al ikhlas (QS:112) jika tidak hafal surah adh-dhuha.
- Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu.
Doa Setelah Shalat Dhuha
- Allaahumma Innadh-Dhuhaa ‘Adhuhaa ‘UkaWal Bahaa ‘Abahaa ‘Uka
- Wal Jamaala Jamaaluka
- Wal Quwwata Quwwatuka
- Wal Qudrata Qudratuka
- Wal ‘Ishmata ‘Ishmatuka
- Allaahumma In Kaana Rizqii Fis-Samaa ‘I Fa Anzilhu
- Wa In Kaana Fil Ardi Fa Akhrijhu
- Wa In Kaana Mu’assaran Fa Yassirhu
- Wa In Kaana Haraaman Fathahhirhu
- Wa In Kaana Ba’iidan Fa Qarribhu
- Bihaqqi Dhuhaa ‘Ika, Wa Bahaa ‘Ika,
- Wa Jamaalika, Wa Quwwatika, Wa Qudratika
- Aatinii Maa ‘Ataita ‘Ibaadakash-Shaalihiin
- “Wahai ALLAH, bahwasanya waktu Dhuha itu waktu Dhuha-MU
- dan kecantikan adalah kecantikan-MU
- dan keindahan adalah keindahan-MU
- dan kekuatan adalah kekuatan-MU
- dan kekuasaan adalah kekuasaan-MU
- dan perlindungan itu adalah perlindungan-MU.
- Wahai ALLAH, jikalau rejekiku masih diatas langit, maka turunkanlah
- Dan jikalau ada didalam bumi maka keluarkanlah
- dan jikalau sukar maka mudahkanlah
- dan jika haram maka sucikanlah
- dan jikalau masih jauh maka dekatkanlah
- dengan berkat waktu Dhuha, keagungan,
- keindahan, kekuatan dan kekuasaan-MU.
- Limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambamu yang shaleh.
Surga di Dunia, Surga di Akhirat
Ada pula ungkapkan yang sangat mendalam, “Kalau ada surga di dunia, itulah keluarga yang bahagia. Dan kalau ada neraka di dunia, itulah keluarga yang berantakan.”
Dalam menulis buku ini, da’I paling berpengaruh di dunia versi The New York Times ini tidak mau terjebak pada bahasan detil tentang problematika suami-istri atau sebuah rumah rumah tangga, tetapi lebih focus pada solusi masalahnya. Peraih predikat urutan ke-13 ‘orang paling berpengaruh di dunia’ versi Majalah Time itu memberi banyak tips praktis untuk mengatasi problema actual di dalam keluarga Muslim.
Dari seluruh tips yang diberikan oleh peraih urutan ke-6 ‘intelektual paling berpengaruh di dunia’ versi Majalah Prospect itu , kata kuncinya terletak pada kasih saying. Yakni, bagaimana menumbuhkan kembali kasih saying antara suami dan istri, orang tua, dan anak, serta di antara seluruh karib kerabat. “Kami akan memberikan kunci-kunci sukses dalam mengembalikan keutuhan rumah tangga yang retak dan menghidupkan kembali rasa kasih saying di dalamnya.” (hlm 3)
Salah satu hal yang ditekankan oleh penulis, dan merupakan kaidah pokok untuk menciptakan surga di rumah adalah beribadah secara berjamaah. Ada lima ibadah yang sangat penting dilakukan secara berjamaah, yakni membaca Al-Qur’an, shalat, berzikir, berdoa, dan makan.
Seperti ditegaskan sendiri oleh penulisnya, buku ini ditujukan untuk seluruh anggota keluarga. Ayah, ibu, dan anak (pemuda dan gadis), semuanya perlu membaca buku ini, agar secara bersama-sama mampu menciptakan rumah yang seindah surga, tidak hanya di dunia, melainkan juga di akhirat. “Rumah Anda merupakan tempat kebahagiaan yang utama di bumi ini.
Satu hal yang paling kita impikan adalah dapat menjadikan rumah kita ini ibarat surga dunia. Yakni surga yang insya Allah akan mengantarkan kita masuk ke dalam surga Alah SWT yang hakiki kelas, di akhirat nanti.” *
Judul buku: Ada Surga di Rumahku
Penulis: Amru Khalid
Penerbit: Khatulistiwa Press
Cetakan: I, Maret 2010
Tebal: xii + 305 hlm
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/pustaka/10/06/08/118876-surga-di-dunia-surga-di-akhirat
RENUNGAN ANAK TERHADAP ORANG TUA
Bapak dan ibu adalah dua sosok yang
seharusnya kita muliakan, kita hormati dan kita perlakukan bak laksana
seorang raja dan permaisurinya. Yang kita siap sedia membantu
meringankan beban hidupnya, meringankan pekerjaannya bukan malah
sebaliknya kita membuat mereka seolah-olah tak berhenti bekerja. Dikala
kita masih dikandungan mereka dengan ikhlas merawat kita, membawa kita
kemanapun mereka pergi walupun dengan beban yang sangat berat. Belum
lagi ketika mau melahirkanpun seorang ibu berjuang antara hidup dan
mati untuk bisa melahirkan kita ke dunia ini
Setelah lahir dengan selamat kitapun disambut dengan riang gembira,
tanpa merasakan lagi sakit yang amat sangat. Seolah-olah sakit yang baru
saja ia rasakan sudah sembuh dengan kehadiran kita. Belum lagi
kekhawatiran kedua orang tua kita ketika usia kita menginjak dewasa
merekapun dengan susah payah mencarikan uang untuk menyekolahkan kita
bila perlu mencarikan lembaga pendidikan yang favorit atau yang bisa
membuat kehidupan kita lebih baik dari kehidupan yang sedang mereka
jalani saat ini.
Bahkan untuk seorang anaknya seorang ibu atau ayah rela untuk
mengorbankan semua harta bendanya dikala kita sakit atau disaat kita
membutuhkan uang untuk melanjutkan sekolah, mereka dengan rela menjual
harta benda yang mereka miliki, agar anaknya bisa menjadi sukses dan
berhasil.
Begitu besar pengorbanan orang tua kepada kita tapi balasan bagi
mereka malah sebaliknya. Benarlah apa yang dikatakan Peribahasa “ air susu dibalas dengan air tuba”.
Ayah dan ibu kita menyayangi kita sepenuh hati tapi kita menyanginya
separoh hati.. Padahal kita bisa membalas budi kepada orang tua kita….?!
mana susu yang kita minum yang diberikan oleh ibu kita dengan ikhlas
tanpa minta imbalan sedikitpun..?! mana bubur yang selalu kita makan
setiap hari, mana baju yang kita pakai setiap hari, mana uang sekolah
dan uang jajan yang kita pakai untuk kesenangan kita dan mana
….(masih banyak lagi) yang seandainya bapak ibu kita minta imbalan itu
tentu kita tidak bisa membalasnya walaupun dengan uang banyak sekalipun.
Salah satu bentuk kedurhakaan seorang anak terhadap orang tuanya yang
sering dilakukan adalah dengan berkata-kata kasar. Padahal Ibu selalu
melayaninya kebutuhan kita walau terkadang diluar kemampuannya dengan
ridha dan ikhlas terhadap anak-anaknya meskipun mereka dalam keadaan
sedang sakit.
Marilah dengan kegiatan perkemahan ini kita tunjukan kemandirian
kita, perubahan prilaku kita dari kekanak-kanakan, manja dan
ketergantungan menuju pada kedewasaan, bertindak dan bertanggung jawab
dan berguna bagi agama bangsa dan negara . ini sebagai pengharapan dari
tiga orang tua
Bagi orang tua, anak merupakan harta yang paling bermanfaat bagi dunia
dan akhirat. Oleh karena itu, orang tua melakukan berbagai upaya untuk
keberhasilan anak-anaknya, apapun yang dilakukan oleh orang tua pada
ujungnya adalah untuk kebahagiaan anak-anaknya. Upaya orang tua untuk
keberhasilan anak, mereka rela berkorban jiwa raganya untuk mencarikan
biaya dan berdoa siang malam untuk keselamatan dan keberhasilan dambaan
hatinya. Disinilah kita perlu memahami perjuangan yang mendalam terhadap
pengorbanan orang tua. Dengan jalan perenungan pada saat dimana orang
tua sedang beraktifitas dibawah teriknya matahari, dapat kita bayangkan
“orang tuanya petani pasti disibukkan oleh ladang dan cangkulnya, guru
disibukan oleh murid dan kenakalannya, pegawai pasti disibukkan oleh
tugas dan dimarahi atasannya dan orang tuanya pedagang disibukan oleh
barang perniagaan dan untung maupun kerugianya.
Jerih payah orang tua yang diperoleh dengan kerja keras tersebut
dikirimkan untuk keperluan biaya sekolah, biaya untuk kebutuhan
sehari-hari. Bahkan sering sebagian orang tua terpaksa menjual berbagai
harta yang dimilikinya untuk mampu membiayai berbagai kebutuhan anaknya
untuk melanjutkan pendidikan guna meningkatkan kualitas taraf hidupnya.
Sebagian orang tua tidak mengharapkan apapun dari perjuangan yang
dilakukannya, tetapi hanya sebuah kebanggaan baginya karena sudah mampu
mendidik anak-anaknya lebih sukses darinya. Walau sebagaian petani, jika
anaknya sudah sarjana dan sukses, tetap menjadi petani dan pekerja
bangunan pun juga seperti itu.
Oleh karena itu, perjuangan orang tua tentu tidak boleh disia-siakan,
karena menyangkut dengan kesuksesan si anak. Orang tua selalu berupaya
untuk mendorong anak-anaknya agar selalu sukses. Selain itu jangan
sekedar mencari gelar sarjana jikalau tidak memiliki kualitas, tetapi
harus menjadi sarjana berkualitas. Sebab selain mampu membahagiakan
orang tua juga memberikan manfaat bagi diri sendiri.
Sesungguhnya jasa dan pengorbanan yang telah diberikan oleh kedua
orang tua kita kepada kita hingga sekarang ini tidak terhitung
banyaknya. Ibu yang mengandung kita selama 9 bulan lamanya, kemudian
melahirkan kita dengan mempertaruhkan nyawanya. Ketika kita masih bayi
yang tak berdaya, tanpa merasa jijik mereka membersihkan kotoran-kotoran
disaat kita pipis dan buang air besar, dengan rasa sabar mereka
menghadapi kemarahan, rengekan, dan kenakalan kita serta dengan penuh
kasih sayang mereka memberikan kita makan dan minum, dengan penuh cinta
kita diberi pakaian dan pendidikan untuk masa depan kita.
Namun, mampukah kita untuk membalas segala pengorbanan yang telah
mereka berikan?. Seandainya jika kita merasa kesal dengan mereka disaat
mereka sudah tua yang menjadikan kelakuannya kembali seperti anak-anak,
dan bahkan seandainya orang tua kita tidak berdaya untuk buang air
sehingga kita yang membersihkannya kita mesti harus ingat kesabaran
disaat mereka menghadapi dan merawat kita dengan penuh cinta dan harapan
agar kita selamat dan panjang umur. Oleh karena itu hendaknya kita
harus selalu berbakti pada orang tua kita dan senantiasa mendoakan
mereka, agar segala dosa-dosanya yang mungkin pernah diperbuat baik
sengaja ataupun tidak supaya mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Waktu kamu berumur 1 tahun
dia menyuapi dan memandikanmu…
sebagai balasannya…
kau menangis sepanjang malam
Waktu kamu berumur 2 tahun
dia mengajarimu cara berjalan…
sebagai balasannya…
kau kabur saat dia memanggilmu
Waktu kamu berumur 4 tahun
dia memberimu pensil untuk mewarnai…
sebagai balasannya…
kau corat coret dinding rumah dan meja makan
Waktu kamu berumur 7 tahun
dia memberikanmu bola…
sebagai balasannya…
kau lemparkan bola ke jendela tetangga
Waktu kamu berumur 10 tahun
dia mengantarkanmu ke mana saja,
dari kolam renang sampai pesta ulang tahun…
sebagai balasannya…
engkau bermain asyik dengan temanmu
sampai tidak dengar panggilan orang tuamu…
Waktu kamu berumur 13 tahun
dia menyarankanmu untuk memotong rambut
karena sudah waktunya…
sebagai balasannya…
kau bilang “mama tidak tahu mode…”
Waktu engkau berumur 15 tahun
dia pulang kerja ingin memelukmu…
sebagai balasannya…
kau kunci pintu kamarmu
Waktu engkau berumur 18 tahun
dia menangis terharu ketika engkau lulus SMA…
sebagai balasannya…
kau berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi
Waktu engkau berumur 19 tahun
dia membayar semua kuliahmu
dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama…
sebagai balasannya…
kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang
biar nggak malu sama teman-teman
karena orang tuamu jelek
Waktu engkau berumur 20 tahun
dia bertanya “Dari mana saja seharian ini?”
sebagai balasannya…
kau menjawab “Ah cerewet amat sih”
mau tau urusan anak muda
Waktu engkau berumur 25 tahun
dia membantumu membiayai pernikahanmu…
sebagai balasannya…
engkau pindah ke kota lain
menjauhi orang tuamu
Waktu engkau berumur 30 tahun
dia memberimu nasehat
bagaimana merawat bayimu…
sebagai balasannya…
engkau katakan
“Sekarang zamannya sudah beda, Ma…”
Waktu engkau sudah jadi orang sukses
dia menelponmu untuk diantar ke acara syukuran
salah satu saudara dekatmu…
sebagai balasannya…
engkau jawab “Aku sibuk sekali,
Banyak kerjaan kantor, Ma…”
Waktu engkau berumur 35 tahun
dia sakit-sakitan sehingga
memerlukan perawatanmu…
sebagai balasannya…
engkau baca tentang pengaruh negatif orang tua
yang numpang tinggal di rumah anaknya
Dan hingga SUATU HARI
dia meninggal dunia dengan tenang…
dan tiba-tiba engkau teringat semua
yang belum pernah engkau lakukan…
dan itu menghantam
HATIMU bagaikan pukulan QODAM
Maka…
JIKA ORANG TUAMU MASIH ADA…
BERIKANLAH KASIH SAYANG DAN
PERHATIAN LEBIH DARI YANG PERNAH
ENGKAU BERIKAN SELAMA INI
JIKA ORANG TUAMU SUDAH TIADA…
INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA
YANG TELAH DIBERIKANNYA
DENGAN TULUS IKHLAS KEPADAMU…
DAN DOAKANLAH…
MOHONKANLAH KEPADA ALLAH
AMPUNAN BAGI KEDUANYA
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”
(QS. Al Israa’:24)
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”
(QS. Ibrahim:41)
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke
rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan
perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim
itu selain kebinasaan”
(QS. Nuh:28)
Renungan Anak untuk Orang Tua (kutipan)
Cobalah katakan pada dirimu, cobalah renungkan.
Katakanlah…
Saya ada karena kehendak Allah , saya dilahirkan oleh ibu saya, saya
dididik agar menjadi anak yang berguna bagi keluarga, orang tua saya
selalu mendidik saya dengan KASIH SAYANG.
Orang tua mencintai anaknya dengan sepenuh hati. Tak ada yang terlewatkan.
Marilah kita merenung…
Beberapa tahun lalu saat kita dikandung oleh orang tua, betapa bahagia
mereka, mengharap anak yang akan lahir adalah anak yang berbakti dan
selalu sayang kepadanya.
Tapi coba renungkan, apakah kita begitu?
Saat melahirkan kita, orang tua kita merasakan sakit yang amat
sangat, menangis kesakitan, antara hidup dan mati.bahkan mungkin jika
diberi pilihan oleh tuhan antara menyelamatkan nyawanya atau nyawa
bayinya, pastilah ia akan memilih menyelamatkan bayiny, ibu memberikan
kita asi waktu bay1, menahan derita menggendong kita seharian.
Tapi apa????apakah kita saat ini cuma melihat beliau dengan penderitaannya, mencaci makinya, melawannya, mengacuhkannya…
Coba renungkan…
Sekarang apa balasan kita?????
Saya juga pernah berkata yang tidak baik pada orang tua saya,
membentak, kata-kata kasar,ejekan.hampir semua anak pernah
melakukannya..
RENUNGILAH SEJENAK
Pernahkah kita tahu…
Setiap malam orang tua kita, ibu kita terbangun tengah malam dan
menangis di bantalnya, menangis oleh kata kata kita yang terlalu
menyakitinya????
Sadarkah kita saat kita membentak ibu kita, ternyata mereka sangat
sabar, namun di belakang mereka merasakan perih di hati mereka, tangisan
lirih.
Saat kita pergi meninggalkan mereka karena marah… orang tua kita
sangatlah sedih.. mereka akan menyesali diri mereka, baikkah itu?
Coba renungkan anak mana yang mau melihat orang tua mereka menangis?
Mungkin kita tak pernah mau memikirkan kepedihan yang dirasakan oleh ibu kita.
Saat kita marah, saat kita meninggalkan rumah.. ibu kita akan menangis.
Baikkah itu?senangkah kalian?anak mana yang senang membuat orangtua
mereka menangis, membuat orang tua merasa sangat tak berharga hanya
karena kata – kata dan kelakuan anak mereka????
RENUNGKANLAH!!!!
Mungkin saat ini beliau masih ada, masih sehat. Dan saat ini mungkin
kamu sedang menuntut pendidikan, jauh dari orangtua. yang membuatnya
sedih
Cobalah perhatikan, tiap libur akademik saat bertemu orang tua kita,
perhatikanlah… rambut mereka makin memutih… kulit mereka makin berkerut…
sinar wajahnya makin meredup… masihkah kalian belum sadar??? Kata kata
yang telah kita ucapkan yang kadang membuat mereka terbangun di tengah
malam untuk menangisi kata kata kasar, bentakan itu, namun mengapa kita
tak pernah menyadari. Mengapa kita tak mau minta maaf????
Ingatlah… tak ada yang menjamin bahwa ibu kita akan tetap ada
mendampingi kita saat pulang… mungkin saat kita pulang kita masih bisa
menemui ibu kita tersayang.
Tetapi rennungkanlah ketika kita pulang dan yang kita temui adalah
sosok yang telah terbujur kaku, kita tak lagi merasakan kasih sayangnya,
yang kita temui hanyalah sebuah nisan…
masihkah kita ingin menyakiti hati mereka, membuat mereka menangis
karena anaknya yang selalu membentaknya, meninggalkannya dalam
kemarahan??
Mungkin saat ini kita sedang bahagia, jauh dari orang tua kita? Tapi
pernahkah kita berpikir, apakah orang tua saya juga disana bahagia?